Ahad, 29 Ogos 2010

Misteri 10 Malam Akhir Ramadhan -Posted by Usrah Jamaah Anak Muda






Sepanjang perjalanan ...mengajak sahabat2 untuk bersama-sama iktikaf 10 hari terakhir di Masjid ataupun madrasah..dan mengapa ke sana..tentunya banyak ganjaran yang jika dapat dilihat maka seseoarang itu sanggup merangkak untuk mendapatkan tangga masjid...marilah sahabat2 kita iktikaf di masjid dan surau..di Shah Alam...ana minat iktikaf di surau seksyen 7 (hadapan bintang) kerana ianya transit jemaah seluruh negara sebelum mereka meneruskan perjalanan musafir ..jika di selatan thailand , madrasah di kelisa juga baik dengan suasana kampung ...di kuala lumpur sendiri..banyak persinggahan....malah masjid negara sendiri boleh dijadikan lokasi penting...dan di kemboja..iktikaf di bawah pondok rumbia agak baik untuk usaha mujahadah...namun ianya tidak sehebat di khmer dan sempadan burma dimana hanya beralaskan tanah dan kanvas yang panas...dengan sumber air yang terhad dijadikan kawasan lapang yang tandus sebagai musolla...dan beriktikaflah...makanan dan minuman tidak sehebat di pasar2 ramadhan..makan apa sahaja yang halal dan ketika itu keberkatan sebutir buah tamar dan segelas air sungai sudah cukup melegakan!



Lihat ..masjid kita ..surau kita ..dengan air-cond dengan air paip yang sentiasa mengalir..dengan lambakan kueh mueh untuk moreh dengan karpet tebal...nak ke masjid pula boleh dipilih nak naik motor yang mana..nak naik kereta yang mana..walaupun jaraknya hanya 500 meter...disini...berjalan kaki sejauh 2-3 kilometer, hanya destinasinya sebuah khemah kanvas berlantaikan tanah keras..tiada lebihan kueh mueh untuk moreh..hanya tapisan air hujan dan air sungai yang siap dimasak dengan dapur kayu..daun2 teh segar dari bukit berdekatan dan tiada gula..jika bernasib baik..buah tamar gred yang paling murah sebagai pakej.



Ana belum kesempatan ke Pakistan pada ketika ini sahabat2 dan saudara mara kita berbuka dengan siapa?..dengan apa?....bagaimana keadaan mereka?



Dan ketika ini sahabat2 kita di malaysia sedang rehat2 di hadapan laptop..menghabiskan masa senggang dengan apa jua xtivt laptop...sekejap lagi ke baazar memilih juadah,,,dan ketika ini disebuah khemah pelarian..saudara kita belum sempat memikirkan juadah berbuka kerana sibuk meyelak2 al-quran lusuh yang boleh lagi dibaca hurufnya..pada ketika panas terik...3 butir kurma yang ada di dalam kocek bajunnya sentiasa tersedia takut2 terlalu asyik membaca quran hingga tidak sedar waktu berbuka...



Salam ikhlas kami di perantauan musafir....



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------











Ikhwani fiddien rahimakumullah



Dari ‘Aisyah ra katanya: “Sesungguhnya Nabi saw i’tikaf pada tiap-tiap sepuluh yang akhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat. Kemudian istri-istri beliau meneruskan i’tikaf seperti itu sesudah beliau wafat.” (HR Muslim)



Dari ‘Aisyah ra, ia berkata: “Apabila telah masuk sepuluh yang akhir pada bulan Ramadhan, Nabi saw lebih giat beribadah pada malam-malamnya. Beliau membangunkan keluarganya dan beliau lebih tekun. Beliau kencangkan ikat sarungnya (menjauhi istrinya untuk lebih mendekati Allah?).” (HR Muslim)



Banyak yang bertanya: Mengapa ada sunnah Rasulullah saw untuk i’tikaf 10 hari akhir Ramadhan? Kalau semua Muslim meksanakannya apa akan terjadi. Masjid-masjid akan penuh dan roda pemerintahan akan terhenti selama 10 hari, karena semua orang akan memadati masjid dan berhenti bekerja.



Jawabannya sederhana. Ketika ummat Islam melaksanakan shalat lima waktu dengan berjama’ah di masjid atau shalat jum’at, ketika ummat Islam berpuasa, ketika pelaksanaan hajji ke Makkah dan contoh yang lain apakah roda pemerintahan akan terhenti? Realitanya hal itu tidak pernah terjadi. Maka pertanyaan semacam itu jelas pertanyaan yang mengada-ada dan berlindung di balik kalimat ‘kalau’ yang hal ini sangat disukai oleh syaitan.



Adapun hakekat dari i’tikaf itu, ialah sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Abbas RA, bahwa Rasulullah bersabda kepada para mu’takifin (orang orang yang beritikaf): “Orang yang beri’tikaf itu, dia berhenti melaksanakan dosa dosa, dan pahala amal yang biasa dikerjakan sebelum dia beri’tikaf akan mengalir terus kepadanya.” (HR Ibnu Majah).



Hikmah hadis ini ialah :



1. Dengan itikaf seseorang akan terjaga dari perbuatan maksiat. Sedangkan maksiat itu seperti perkataan imam Ibnul Qoyyim ialah racun dalam kehidupan yang bisa mematikan seseorang atau melemahkannya atau mengurangi kekuatan dirinya, sedangkan taubat merupakan obat di dalam kehidupan, tiap tiap kali orang bertaubat maka kesehatan dan kehidupannya akan terus terpelihara dan hal yang seperti ini dapat dilaksanakan dengan selapang lapangnya di saat seseorang mengkhususkan dirinya beritikaf 10 hari di bulan ramadhan. Sehingga apabila seseorang itu telah beritikaf selama 10 hari akhir Ramadhan, diharapkan kesehatan rohani dan jasmaninya akan menjadi normal dan pulih secara keseluruhan yang dapat menjadi bekalannya menghadapi kehidupan 1 tahun mendatang.



2. Secara lahiriah orang beritikaf kelihatannya rugi karena tidak mengerjakan amalan-amalan lainnya, seperti bekerja mencari penghasilan, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, memenuhi hajat orang lain, dan sebagainya. Dengan hadis di atas amal kebaikan yang biasa dia lakukan itu justru ia mendapatkan keseluruhannya karena dia melaksanakan i’tikaf, dan inilah kemuliaan bagi seorang mukmin.



Dua hikmah inilah yang kadang-kadang tidak terlihat oleh mata, kecuali dengan keimanan yang sempurna, itulah hikmah sunnah nabi yang tidak pernah meninggalkan itikaf 10 hari dibulan ramadhan, bahkan pada tahun kematian beliau, beliau beritikaf selama 20 hari dibulan ramadhan.



Dan ada lagi satu hikmah yang tidak dapat dirasakan kecuali oleh orang yang beri’tikaf dengan benar mengikuti sunnah rosul yaitu kenikmatan rohani yang tidak bisa diuraikan, yaitu ketika seorang mengingat dosanya menetes air matanya, ketika seorang bersujud lama bagaikan terbenam wajahnya ke dalam tanah sambil dia memanjatkan doa, dan disaat menadahkan tangannya sambil munajat di sana terdapat kebahagiaan yang hakiki yang tidak pernah ditemui oleh orang yang tidak beri’tikaf. Kenikmatan rohani ini jauh lebih baik dari kenikmatan jasmani.



Oleh karena itu kepada ikhwani yang dirahmati Allah dan kepada mukminin mukminat, mujahidin dan mujahidah yang belum berpeluang sampai hari ini untuk melaksanakan ibadah yang mulia ini (i’tikaf 10 hari dibulan ramadhan), marilah dan datangilah masjid-masjid yang mengadakan i’tikaf sesuai sunnah Rasulullah saw. InsyaAllah dia akan mendapatkan keberkatan dan rahmat Allah akan meliputinya dalam kegiatan seperti qiyamullail, zikrullah, tadarrus Alquran, thalabul ilmi, dan majelis tazkirah.



Abu Muhammad Jibriel,



Masjid Al Munawwarah, Witana Harja, Pamulang

Tiada ulasan:

Catat Ulasan