Selasa, 7 September 2010

Petraeus ingatkan risiko pembakaran Quran


Unjuk rasa anti AS
Unjuk rasa anti-AS marak karena rencana pembakaran Quran
Panglima tertinggi Amerika Serikat di Afghanistan Jenderal David Petraeus memperingatkan nyawa pasukan Amerika Serikat akan berada dalam bahaya jika rencana pembakaran Quran oleh sebuah gereja di AS tetap diteruskan.
Dia mengatakan tindakan itu akan menimbulkan masalah bukan hanya di Kabul tapi di semua tempat di dunia.
Pastor Terry Jones, dari Dove World Outreach Center, merencanakan menaruh kitab suci Islam itu di api unggun untuk memperingati serangan 11 September.
Unjuk rasa menentang aksi itu sudah berlangsung di Afghanistan dan Indonesia.
Itu jelas merupakan tindakan akan digunakan Taliban dan bisa menimbulkan masalah besar
Jenderal David Petraeus
Hari Senin (06/09) sekitar 500 orang melakukan aksi unjuk rasa dan mereka antara lain memekik "matilah Amerika."

Masalah besar

Kedutaan Besar AS di Kabul sudah mengeluarkan pernyataan yang menguruk rencana oleh gereja di Gainesville, Florida, yang tidak berafiliasi dengan gereja lain.
"Hal itu akan membahayakan pasukan dan juga membahayakan semua usaha," kata Jenderal Petraeus dalam sebuah pernyataan di media AS.
"Itu jelas merupakan tindakan akan digunakan Taliban dan bisa menimbulkan masalah besar."
Jenderal Petraeus memimpin pasukan NATO yang berjumlah sekitar 150.000 untuk menghadapi perlawanan Taliban.
Kita tidak lagi dikendalikan dan didominasi oleh ketakutan dan ancaman
Terry Jones
Sementara itu Letnan Jenderal William Caldwell, komandan misi pelatihan NATO di Afghanistan, mengatakan rencana pembakaran kitab suci sudah menimbulkan kontroversi dan keprihatinan.

PGI mengecam

Dalam pernyataan di harian Wall Street Journal, Terry Jones, mengatakan AS harus menyampaikan pesan yang jelas kepada elemen radikal Islam.
"Kita tidak lagi dikendalikan dan didominasi oleh ketakutan dan ancaman."
Gereja yang dipimpin Jones sebelumnya tak banyak dikenal dan hanya memiliki sekitar 50 jemaat.
Dalam situsnya mereke menybut Islam sebagai "keras dan menekan" yang memicu protes dari sejumlah kalangan.
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), awal Agustus, sudah mengeluarkan pernyataan yang mengecam rencana gereja pimpinan Pastor Jones.
"Kami tentu saja menghargai kebebasan berekspresi di Amerika sebagai bagian dari hak asasi manusia. Tetapi di sisi lain kami melihat ini sebagai kebebasan yang kebablasan," kata Sekretaris Jenderal PGI Gomar Gultom kepada BBC Indonesia waktu itu.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan